ATM
Menjadi pedagang kaki lima memang merupakan pilihan tearkhir bagi Prasetyo setelah di-PHK karena pabrik tempatnya bekerja bangkrut akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Dengan modal uang pesangon, ia dibantu istrinya mencoba berdagang kaos di depan pasar yang letaknya lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Pada bulan-bulan pertama usahanya Prasetyo belum banyak memperoleh hasil.
Meskipun demikian ia tetap menekuni pekerjaannya sebagai pedagang kaki lima (PKL). Keuntungan yang ia peroleh hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Usaha Prasetyo baru tampak ada hasilnya ketika pasar tempat ia menggelar dagangannya terbakar beberapa bulan silam. Keuntungan yang ia peroleh sudah mulai ia tabung. Dengan pengalaman menjadi buruh pabrik, ia memilih bank untuk tempat menyimpan uangnya selama ini.
Keberhasilan Prasetyo dalam beberapa waktu terakhir terlihat emncolok. Ia tidak lagi menjadi PKL yang menggelar dagangannya di troktoar yang sebenarnya diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Ia kini memiliki kios di pasar yang telah direnovasi seusai kebakaran lalu.
"Aku heran dengan apa yang dinikmati Prasetyo,"kata Sumin kepada istrinya ketika mereka berdua tengah duduk di depan rumahnya.
"Maksud Akang?,"tanya minah kepada suaminya dengan nada heran.
"Ya, itu lho, dulu dia hanya pedagang kaki lima. Kini telah memiliki toko,"kata Sumin kepada istrinya.
"Lho, Kang ini bagaimana, sih. Pak Prasetyo itu gigih dan ulet, Jadi wajar kan kalau ia kini memiliki toko,"ujar Minah dengan nada masih heran dengan yang baru saja ia dengar dari suaminya.
Keheranan Minah terhadap ucapan suaminya itu karena Minah selama ini tidak pernah mendengar suaminya memperbincangkan tetangganya. Mengapa kini ia tiba-tiba menyoalkan kehidupan Prasetyo yang terbilang sukses.
"Aku tahu, Bu. Prasetyo itu memang orang yang ulet,"kata Sumin sambil mengambil cangkir yang masih berisi teh buatan istrinya tadi sore.
"Kalau begitu, apa yang aneh dengan kehidupan Pak Prasetyo,"tanya Minah seakan heran yang dikatakan suaminya.
"Yang aku herankan, kenapa ia begitu cepat berhasil meraih kesuksesan. Jangan-jangan ...,"kata Sumin berhenti sejenak.
"Jangan-jangan apa, Pak?,"tanya Minah dengan nada agak keras.
Pak Sumin tidak memberi jawaban atas pertnyaan istrinya. Ia hanya memandang istrinya. Kemudian mereka pun terhenti pembicaraannya bersamaan dengan kedatangan anaknya yang baru saja pulang dar masjid yang tak jauh dari rumahnya.
Keheranan atas keberhasilan yang dicapai Prasetyo ternyata tak hanya dirasakan Sumin. Tetangga lainnya pun tampaknya juga heran akan keberhasilan Prasetyo selama ini. dari omongan para tetangga ketika sedang ronda, atau pun ketika mereka bertemu dengan berbagai kesempatan, pembicaraan tentang kesuksesan Prasetyo terasa telah menjadi buah bibir para tetengga.
"Jangan-jangan ia punya pesugihan?,"ujar Ramelan ketika sednag berada di pos ronda. Mendengar ucapan ini ada sebagian lagi yang mengiyakan, namun sebagian lagi ada yang menyangkalnya.
"Melihat kemajuannya, bisa jadi yang dikatakan Ramelan itu benar adanya,"kata Lulut seakan mendukung ucapan Ramelan.
"Memang bisa jadi,"sahut Langkung yang duduk persis di depan Ramelan.
"Tapi, menurutku kok tidak begitu,"ujar Pamrih pelan.
"Mengapa kamu berkata begitu?,"tanya Ramelan dengan nada agak kurang senang dengan ucapan Pamrih. "Prasetyo itu kan rajin ibadahnya. Ia tidak pernah ketinggalan shalat jamaah di masjid kita,"demikian Pamrih mencoba berargumentasi.
"Hah, itu kan dapat dimanipulasi!,"ujar Ramelan dengan nada terkesan makin tak senang dengan ucapan Pamrih yang mencoba memberi alasan.
Meskipun dalam pembicaraan itu tak ada kesempatan, anehnya esok harinya mulai tersebar desas-desus yang menyatakan bahwa Prasetyo mempunyai pesugihan. Tak lebih dari dua hari desas-desas itu mulai menyebar ke seluruh kampung. Warga pun ingin beraksi menggelar demo untuk memprotes Prasetyo yang dinilai kesuksesan yang dicapainya tak wajar.
Bersambung ...
Kapan kelanjutannya, pak?. jadi tidak sabar dari mana asal kesuksesan Prasetyo?
ReplyDeleteya ni, sy juga nunggu2 lo?,
ReplyDeleteTerima kasih atas antusiasnya. Tapi, mana tanggapan anda berdua tentang isi cerpen ini?. Bnayak hal yang bisa kita nilai dan tanggapi, Lho?. Bagaimana?
ReplyDelete